Seperti area perkembangan yang lain, pada periode ini
anak juga mengalami perubahan dalam aspek sosial-emosi. Identitasnya
mulai tampak, ia memiliki karakter kepribadian sendiri. Sudah mulai
tampak kekuatan dan kelemahan kemampuannya, serta pola hubungannya. Ia
pun sudah menunjukkan kemandiriannya dan berusaha mengatur dirinya
sendiri.
- Pertemanan. Anak ingin disukai oleh teman-temannya. Ia ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan sosial lainnya.
- Kemandirian. Anak meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatannya sehari-hari. Peran ibu dan bapak sebagai orangtua sangat penting. Anak membutuhkan kesempatan untuk berlatih mandiri agar pekerjaannya menjadi lebih baik.
- Moralitas. Anak mulai mengenali yang salah dan benar. Ia mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong. Meski beberapa kali anak masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya dengan berbohong.
Karakter yang ditampilkan oleh anak pada rentang usia
ini membuat ibu dan bapak dapat melihat tipe kepribadian anak.
Tantangan yang dihadapi adalah bukanlah untuk mengubah ciri kepribadian
anak, tetapi memberikan penguatan pada ciri yang positif. Sebagai
contoh, bersikap teguh pada keputusan adalah satu ciri kepribadian yang
baik. Namun, bila membuat susah orang lain, tentu menjadi tidak tepat.
Jadi anak pun harus belajar menentukan pada situasi seperti apa,
perilakunya harus menyesuaikan tanpa mengubah kepribadiannya.
Ini berarti ibu dan bapak sebagai orangtua harus menerima anak apa adanya, dengan segala keunikan yang membuatnya menjadi istimewa. Anak membutuhkan dukungan dan panduan ibu dan bapak pada saat ini. Bukan kritikan dan keberatan, untuk mengembangkan potensi sosial-emosinya. Kebutuhan dasar anak untuk disayangi dan dihargai akan semakin kuat. Anak juga membutuhkan persetujuan ibu-bapak akan sikapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar